Validitas sumber data adalah konsep penting dalam penelitian dan pengumpulan informasi, karena menentukan seberapa akurat dan dapat dipercaya data yang digunakan. Berikut adalah materi ajar mengenai validitas sumber data yang bisa membantu dalam memahami dan mengevaluasi kualitas data:
1. Pengertian Validitas
Validitas merujuk pada
sejauh mana suatu instrumen atau sumber data mengukur apa yang dimaksudkan
untuk diukur. Dalam konteks sumber data, ini berarti seberapa akurat data
tersebut mencerminkan fenomena atau informasi yang sebenarnya.
2. Jenis-Jenis Validitas
- Validitas Internal:
Menilai apakah data yang dikumpulkan benar-benar mencerminkan fenomena
yang sedang diteliti. Ini seringkali berkaitan dengan metodologi
penelitian, termasuk desain dan pengumpulan data.
- Validitas Eksternal:
Menilai sejauh mana hasil penelitian atau data dapat digeneralisasikan ke
konteks atau populasi yang lebih luas di luar penelitian tersebut.
- Validitas Konstruksi:
Menilai apakah data yang dikumpulkan sesuai dengan teori atau konstruk
yang dimaksudkan. Misalnya, apakah tes yang digunakan benar-benar mengukur
kecerdasan atau bukan hal lain.
- Validitas Isi:
Menilai sejauh mana data mencakup keseluruhan aspek dari konstruk yang
diukur. Misalnya, jika instrumen pengukuran mencakup semua dimensi penting
dari fenomena yang diukur.
3. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Validitas Sumber Data
- Keakuratan:
Apakah data dikumpulkan dengan cara yang benar dan tanpa kesalahan?
- Kredibilitas:
Apakah sumber data terpercaya dan memiliki reputasi yang baik?
- Keterbaruan:
Apakah data tersebut terbaru dan relevan dengan kondisi saat ini?
- Konsistensi:
Apakah data yang dikumpulkan konsisten dengan data dari sumber lain atau
dengan data sebelumnya?
4. Cara Mengevaluasi
Validitas Sumber Data
- Verifikasi Sumber:
Periksa kredibilitas dan reputasi sumber data. Pastikan bahwa sumber
tersebut adalah otoritatif dan terpercaya.
- Cross-Check:
Bandingkan data dengan sumber lain untuk memastikan konsistensi dan
akurasi.
- Metodologi Pengumpulan Data:
Evaluasi metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, termasuk apakah
metode tersebut sesuai dan telah dilaksanakan dengan baik.
- Uji Validitas Instrumen:
Jika menggunakan instrumen seperti kuesioner atau tes, pastikan instrumen
tersebut telah diuji untuk validitasnya.
5. Contoh Penerapan
Validitas
- Penelitian Sosial:
Menggunakan survei untuk mengumpulkan data tentang sikap masyarakat.
Validitas dapat diperiksa dengan memastikan bahwa pertanyaan dalam survei
benar-benar mencerminkan sikap yang ingin diukur.
- Analisis Data Keuangan:
Memeriksa validitas laporan keuangan dengan memastikan bahwa data yang
disajikan adalah akurat dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
6. Kesalahan Umum dalam
Evaluasi Validitas
- Sumber Bias:
Mengandalkan sumber data yang mungkin bias atau tidak obyektif.
- Data Usang:
Menggunakan data yang sudah tidak relevan lagi dengan konteks saat ini.
- Metode yang Tidak Tepat:
Menggunakan metode pengumpulan data yang tidak sesuai dengan fenomena yang
diteliti.
Validitas internal adalah sejauh mana suatu penelitian dapat
mengklaim bahwa hubungan sebab-akibat yang ditemukan dalam penelitian tersebut
adalah benar-benar disebabkan oleh variabel independen (penyebab) dan bukan
oleh faktor-faktor lain (konfunder). Dengan kata lain, seberapa yakin kita
bahwa perubahan pada variabel dependen (akibat) memang benar-benar disebabkan
oleh manipulasi variabel independen, bukan karena faktor-faktor eksternal.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal:
- Konfusi (Confounding):
- Ketika variabel ketiga
(konfunder) mempengaruhi baik variabel independen maupun dependen, dapat
menyebabkan hubungan yang terlihat antara kedua variabel tersebut
sebenarnya disebabkan oleh konfunder.
- Contoh: Jika sebuah
penelitian ingin mengetahui apakah olahraga meningkatkan kecerdasan,
tetapi tidak mempertimbangkan faktor-faktor seperti nutrisi, tidur, dan
lingkungan belajar, maka konfunder-konfunder ini dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
- Seleksi (Selection):
- Ketika kelompok eksperimen
dan kontrol tidak setara dari awal, dapat menyebabkan perbedaan hasil
yang tidak disebabkan oleh manipulasi variabel independen.
- Contoh: Jika penelitian
membandingkan efektivitas dua metode pembelajaran, tetapi kelompok
eksperimen terdiri dari siswa dengan IQ lebih tinggi, maka perbedaan
hasil dapat disebabkan oleh perbedaan IQ, bukan oleh metode pembelajaran.
- Kematangan (Maturation):
- Ketika perubahan yang
terjadi pada subjek penelitian selama waktu penelitian dapat mempengaruhi
variabel dependen, tanpa hubungan langsung dengan manipulasi variabel
independen.
- Contoh: Jika penelitian
ingin mengetahui efektivitas program diet jangka panjang, tetapi
perubahan fisiologis alami yang terjadi selama waktu penelitian dapat
mempengaruhi berat badan, tanpa hubungan langsung dengan diet.
- Kemunduran (Mortality):
- Ketika subjek penelitian
keluar dari penelitian secara tidak acak, dapat menyebabkan bias dalam
hasil.
- Contoh: Jika penelitian
jangka panjang kehilangan banyak peserta karena alasan kesehatan, maka
hasil penelitian dapat terpengaruh oleh bias seleksi.
- Pengaruh Instrumen (Instrumentation):
- Ketika perubahan dalam
alat ukur atau prosedur pengukuran dapat mempengaruhi hasil penelitian.
- Contoh: Jika kuesioner
yang digunakan dalam penelitian direvisi selama penelitian, dapat
menyebabkan perubahan dalam hasil.
- Pengaruh Tes (Testing):
- Ketika pengambilan tes
berulang kali dapat mempengaruhi kinerja subjek penelitian.
- Contoh: Jika subjek
penelitian mengikuti tes yang sama berulang kali, dapat menyebabkan
peningkatan skor karena familiaritas dengan tes.
Strategi untuk Meningkatkan Validitas Internal:
- Desain eksperimen yang kuat: Menggunakan desain eksperimen seperti
kelompok kontrol, randomisasi, dan manipulasi variabel independen.
- Kontrol konfunder: Mengidentifikasi dan mengontrol
konfunder melalui teknik seperti matching, blocking, atau analisis
kovarian.
- Penggunaan instrumen yang valid dan
reliabel:
Memastikan bahwa alat ukur yang digunakan akurat dan konsisten.
- Follow-up dan retensi peserta: Meminimalkan kehilangan peserta dengan
strategi follow-up yang efektif.
Dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal dan menerapkan
strategi yang tepat, peneliti dapat meningkatkan kepercayaan pada hasil
penelitian dan memastikan bahwa hubungan sebab-akibat yang ditemukan adalah
valid.
Validitas Eksternal:
Memahami Generalisasi dalam Penelitian
Validitas eksternal adalah konsep penting dalam metode penelitian
yang berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau
diterapkan ke populasi yang lebih luas atau ke situasi yang berbeda. Dengan
kata lain, seberapa yakin kita bahwa temuan yang diperoleh dari sampel
penelitian dapat mewakili populasi yang lebih besar atau berlaku dalam kondisi
lain?
Pentingnya Validitas
Eksternal
- Generalisasi: Tujuan utama penelitian seringkali
adalah untuk memahami fenomena yang lebih luas, bukan hanya terbatas pada
sampel yang diteliti.
- Penerapan: Hasil penelitian dengan validitas
eksternal yang tinggi dapat digunakan untuk membuat keputusan, merancang
kebijakan, atau mengembangkan intervensi yang lebih efektif.
- Replikasi: Penelitian dengan validitas eksternal
yang kuat lebih mudah direplikasi oleh peneliti lain dalam konteks yang
berbeda.
Jenis-Jenis Validitas
Eksternal
Secara umum, ada tiga jenis
utama validitas eksternal:
- Validitas Populasi:
- Sejauh mana hasil
penelitian dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar.
- Contoh: Hasil penelitian pada
mahasiswa psikologi dapat digeneralisasikan ke mahasiswa psikologi
lainnya secara keseluruhan.
- Validitas Temporal:
- Sejauh mana hasil
penelitian dapat digeneralisasikan ke waktu yang berbeda.
- Contoh: Hasil penelitian tentang
efektivitas suatu metode pembelajaran pada tahun 2023 dapat
digeneralisasikan ke tahun-tahun mendatang.
- Validitas Ekologi:
- Sejauh mana hasil
penelitian dapat digeneralisasikan ke situasi atau lingkungan yang
berbeda.
- Contoh: Hasil penelitian dalam
laboratorium dapat digeneralisasikan ke situasi dunia nyata.
Ancaman terhadap Validitas
Eksternal
- Sampel yang tidak representatif: Jika sampel penelitian tidak mewakili
populasi yang ingin diteliti, hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasikan.
- Efektivitas perlakuan: Perlakuan yang diberikan dalam
penelitian mungkin hanya efektif dalam kondisi tertentu.
- Reaktivitas peserta: Peserta penelitian mungkin berperilaku
berbeda karena mereka tahu sedang diamati.
- Situasi penelitian yang artifisial: Penelitian yang dilakukan dalam
lingkungan yang sangat terkontrol mungkin menghasilkan hasil yang tidak
berlaku di dunia nyata.
Meningkatkan Validitas
Eksternal
- Sampel acak: Memilih sampel secara acak dari populasi
yang lebih besar dapat meningkatkan representativitas sampel.
- Penelitian lapangan: Melakukan penelitian dalam lingkungan
alami dapat meningkatkan validitas ekologis.
- Replikasi: Menguji ulang penelitian dalam konteks
yang berbeda dapat memperkuat keyakinan terhadap hasil penelitian.
Validitas konstruksi adalah sebuah konsep penting dalam dunia
penelitian, khususnya dalam pengembangan dan evaluasi instrumen penelitian.
Sederhananya, validitas konstruk mengukur seberapa akurat suatu instrumen
(misalnya, kuesioner, tes, atau skala pengukuran) mengukur konsep atau sifat
yang ingin diukur.
Konsep Inti
- Konstruk: Konstruk adalah sifat atau karakteristik
yang abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung, seperti kepribadian,
motivasi, atau sikap.
- Instrumen: Instrumen adalah alat yang digunakan
untuk mengukur konstruk tersebut.
- Validitas: Validitas menunjukkan sejauh mana
instrumen benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Mengapa Validitas Konstruk
Penting?
- Akurasi Pengukuran: Validitas konstruk yang tinggi menjamin
bahwa data yang diperoleh dari instrumen tersebut benar-benar
merepresentasikan konstruk yang ingin diukur.
- Interpretasi Hasil: Hasil penelitian yang menggunakan
instrumen dengan validitas konstruk yang baik dapat diinterpretasikan
dengan lebih akurat dan dapat diandalkan.
- Generalisasi Hasil: Jika instrumen valid, hasil penelitian
dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas.
Bagaimana Menguji Validitas
Konstruk?
Ada beberapa metode yang
umum digunakan untuk menguji validitas konstruk:
- Analisis Faktor:
- Mengidentifikasi dimensi
atau faktor yang mendasari item-item dalam instrumen.
- Memastikan bahwa setiap
faktor sesuai dengan dimensi teoritis dari konstruk yang diukur.
- Korelasi dengan Variabel Lain:
- Membandingkan skor
instrumen dengan skor pada variabel lain yang secara teoritis terkait
dengan konstruk yang sama.
- Korelasi yang tinggi
menunjukkan validitas konstruk yang baik.
- Uji Konvergen dan Divergen:
- Konvergen: Memastikan bahwa
instrumen berkorelasi tinggi dengan instrumen lain yang mengukur konsep
yang sama.
- Divergen: Memastikan bahwa
instrumen tidak berkorelasi tinggi dengan instrumen yang mengukur konsep
yang berbeda.
- Judgmental:
- Melibatkan ahli dalam
bidang terkait untuk menilai apakah item-item dalam instrumen benar-benar
mewakili konsep yang ingin diukur.
Contoh
Misalnya, Anda ingin
mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap suatu produk. Anda membuat
kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Untuk menguji validitas konstruk, Anda
dapat:
- Analisis Faktor: Mengidentifikasi apakah
pertanyaan-pertanyaan tersebut mengelompok menjadi beberapa faktor,
misalnya kepuasan terhadap kualitas produk, harga, dan layanan.
- Korelasi: Membandingkan skor kepuasan pelanggan
dengan skor pada variabel lain seperti niat pembelian ulang atau
rekomendasi kepada orang lain.
- Judgmental: Meminta ahli marketing untuk menilai
apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner benar-benar mencerminkan
konsep kepuasan pelanggan.
Konsep Struktur Data dan
Algoritma Standar
Struktur data dan algoritma adalah dua konsep fundamental dalam ilmu
komputer yang saling terkait erat. Keduanya merupakan fondasi bagi pengembangan
perangkat lunak yang efisien dan handal.
Struktur Data
Struktur data adalah cara mengatur data dalam memori
komputer sedemikian rupa sehingga operasi yang dilakukan pada data tersebut
dapat dilakukan secara efisien. Pemilihan struktur data yang tepat sangat
bergantung pada jenis operasi yang sering dilakukan dan kompleksitas masalah
yang ingin dipecahkan.
Contoh struktur data yang
umum:
- Array: Kumpulan elemen dengan tipe data yang sama, diakses menggunakan
indeks.
- Linked List: Kumpulan elemen yang terhubung satu sama
lain melalui pointer.
- Stack: Struktur LIFO (Last In First Out), elemen terakhir yang dimasukkan
adalah yang pertama dikeluarkan.
- Queue: Struktur FIFO (First In First Out), elemen pertama yang dimasukkan
adalah yang pertama dikeluarkan.
- Tree: Struktur hierarkis yang terdiri dari node dan edge.
- Graph: Kumpulan node (vertex) yang saling terhubung oleh edge.
- Hash Table: Struktur yang memungkinkan pencarian
elemen secara cepat menggunakan fungsi hash.
Faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih struktur data:
- Waktu akses: Seberapa cepat data dapat diakses atau
dimodifikasi.
- Ruang penyimpanan: Berapa banyak memori yang dibutuhkan
untuk menyimpan data.
- Jenis operasi: Operasi apa saja yang sering dilakukan
pada data (misalnya, pencarian, penambahan, penghapusan).
Algoritma
Algoritma adalah sekumpulan langkah-langkah terdefinisi
dengan baik yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Algoritma yang
baik harus:
- Benar: Menghasilkan output yang benar untuk setiap input yang valid.
- Efisien: Menggunakan sumber daya (waktu dan
memori) seminimal mungkin.
- Jelas: Mudah dipahami dan diimplementasikan.
Notasi Big O:
Untuk mengukur efisiensi
suatu algoritma, kita menggunakan notasi Big O. Notasi ini menggambarkan
tingkat pertumbuhan waktu eksekusi algoritma seiring dengan bertambahnya ukuran
input. Contoh notasi Big O:
- O(1): Waktu eksekusi konstan, tidak bergantung pada ukuran input.
- O(log n): Waktu eksekusi logaritmik, sangat
efisien untuk data yang besar.
- O(n): Waktu ekseksi linear, waktu eksekusi sebanding dengan ukuran
input.
- O(n^2): Waktu eksekusi kuadratik, kurang efisien untuk data yang besar.
- O(2^n): Waktu eksekusi eksponensial, sangat tidak efisien untuk data yang
besar.
Hubungan Antara Struktur
Data dan Algoritma
Struktur data dan algoritma
saling melengkapi. Struktur data yang tepat dapat membuat algoritma menjadi
lebih efisien. Sebaliknya, algoritma yang baik dapat memaksimalkan potensi
struktur data yang digunakan.
Contoh:
- Pencarian dalam array: Jika data dalam array sudah terurut,
kita dapat menggunakan algoritma binary search yang memiliki kompleksitas
waktu O(log n).
- Pengurutan data: Algoritma sorting seperti quicksort atau
mergesort dapat digunakan untuk mengurutkan data dalam array atau linked
list.
- Implementasi graph: Algoritma Dijkstra atau A* dapat
digunakan untuk mencari jalur terpendek dalam sebuah graph.
Validitas isi (content
validity) merupakan salah satu aspek penting dalam pengukuran dan penilaian.
Validitas isi mengacu pada sejauh mana suatu instrumen atau alat ukur secara
tepat mewakili domain atau konstruk yang ingin diukur. Dengan kata lain, validitas
isi memastikan bahwa pertanyaan atau item dalam instrumen tersebut relevan dan
mencakup semua aspek yang penting dari konsep yang diukur.
Berikut adalah beberapa cara
untuk menilai validitas isi:
- Expert Judgment: Minta pendapat ahli atau pakar di bidang
terkait untuk menilai apakah instrumen tersebut mencakup semua aspek yang
penting dan relevan. Mereka dapat memberikan masukan tentang kelengkapan,
kejelasan, dan relevansi item-item dalam instrumen.
- Content Analysis: Analisis konten instrumen secara
sistematis untuk memastikan bahwa item-itemnya sesuai dengan definisi
konseptual yang digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan
item-item dengan kisi-kisi atau blue print instrumen.
- Item-to-Criterion Matrix: Buatlah matriks yang menunjukkan
hubungan antara setiap item dalam instrumen dengan kriteria atau indikator
yang relevan. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa instrumen mencakup
semua aspek yang penting.
- Pilot Testing: Uji coba instrumen pada sampel kecil
untuk mendapatkan umpan balik tentang kejelasan, relevansi, dan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan instrumen. Hal ini dapat membantu
mengidentifikasi masalah potensial dan memperbaiki instrumen sebelum
digunakan secara luas.
Validitas isi adalah aspek
penting dalam memastikan kualitas dan keandalan suatu instrumen pengukuran.
Dengan menilai validitas isi, dapat dipastikan bahwa instrumen tersebut
mengukur dengan tepat konsep yang ingin diukur.
Berikut adalah beberapa
contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk menilai validitas isi:
- Apakah item-item dalam instrumen mencakup
semua aspek yang penting dari konsep yang diukur?
- Apakah item-item dalam instrumen jelas
dan mudah dipahami?
- Apakah item-item dalam instrumen relevan
dengan tujuan pengukuran?
- Apakah item-item dalam instrumen bebas
dari bias?
- Apakah item-item dalam instrumen sesuai
dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan responden?
Dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini, dapat dinilai apakah instrumen tersebut memiliki
validitas isi yang baik.
Apa itu Berpikir Komputasional?
Melalui Berpikir komputasional (BK), kalian
akan berlatih berpikir seperti
seorang ilmuwan Informatika, bukan berpikir
seperti komputer karena
komputer adalah mesin.
Kegiatan utama dalam BK ialah penyelesaian
masalah (problem solving),
untuk menemukan solusi yang efisien, efektif,
dan optimal sehingga solusinya
bisa dijalankan oleh manusia maupun mesin.
Dengan kata lain, kegiatan
dalam BK ialah mencari strategi untuk
mengatasi persoalan. Persoalan apa
yang akan diselesaikan? Sebetulnya, hampir
semua persoalan sehari-hari
mengandung konsep komputasi sehingga bisa
diselesaikan dengan bantuan
mesin komputer. Sebagai contoh, robot yang
bertugas melayani penjualan di
restoran atau mengantar makanan dan obat untuk
pasien di rumah sakit yang
sudah dipakai di beberapa negara maju, sistem
komputer untuk memantau
perkebunan sawit yang siap panen dan
sebagainya. Sistem komputer pada
pada hakikatnya meniru dunia ini untuk
dijadikan dunia digital sehingga
bisa membantu atau menggantikan manusia dalam
melakukan pekerjaanpekerjaan yang sulit maupun membosankan.
Ada 4 fondasi berpikir komputasional yang
dikenal dalam ilmu
Informatika, yaitu Abstraksi, Algoritma,
Dekomposisi, dan Pola, yang sangat
mendasar dan secara garis besar dijelaskan
sebagai berikut.
1. Abstraksi, yaitu menyarikan bagian penting dari suatu permasalahan dan
mengabaikan yang tidak penting sehingga
memudahkan fokus kepada
solusi.
2. Algoritma, yaitu menuliskan otomasi solusi melalui berpikir algoritmik
(langkah-langkah yang terurut) untuk mencapai
suatu tujuan (solusi).
Jika langkah yang runtut ini diberikan ke
komputer dalam bahasa yang
dipahami oleh komputer, kalian akan dapat
“memerintah” komputer
mengerjakan langkah tersebut.
3. Dekomposisi dan formulasi persoalan sedemikian rupa
sehingga dapat
diselesaikan dengan cepat dan efisien serta
optimal dengan menggunakan
komputer sebagai alat bantu. Persoalan yang
sulit apalagi besar akan
menjadi mudah jika diselesaikan
sebagian-sebagian secara sistematis.
4. Pengenalan pola persoalan, generalisasi serta mentransfer
proses
penyelesaian persoalan ke persoalan lain yang
sejenis.
BK perlu diasah dengan latihan rutin, mulai
dari persoalan sederhana dan
kecil. Kemudian, secara bertahap, persoalannya
ditingkatkan menjadi makin
besar, kompleks, dan rumit. Makin besar dan
kompleks suatu persoalan,
solusinya makin membutuhkan komputer agar
dapat diselesaikan secara
efisien. Pada tingkat SD dan SMP, strategi
penyelesaian persoalan belum
secara khusus dirumuskan dalam bentuk
algoritma. Pada tingkat SMA, kalian
akan belajar bagaimana caranya agar solusi
masalahnya bisa dituliskan dalam
bentuk algoritma yang efisien dan siap dibuat
menjadi program komputer.
Ruang permasalahan di dunia ini luas sekali,
dan tentunya tak seorang
pun ingin hidupnya menghadapi persoalan.
Setiap bidang juga mempunyai
persoalan dari sudut pandang bidang
masing-masing, dan akan mengusulkan
penyelesaian dengan menggunakan konsep dan
prinsip keilmuan bidangnya.
Kita belajar dari persoalan-persoalan yang ada
dan pernah diusulkan
solusinya. Oleh karena itu, belajar
penyelesaian persoalan ialah belajar dari
kasus-kasus dan solusinya. Namun, persoalan
yang dibahas itu perlu di
adaptasi dengan konteks kita. Kita perlu
membentuk pola persoalan dan pola
solusi dari latihan penyelesaiannya. Karena
sangat banyak, latihan persoalan
perlu dipilih. Topik yang dipilih dalam BK
untuk SMA dalam mata pelajaran
Informatika merupakan persoalan-persoalan
mendasar terkait kehidupan
sehari-hari yang perlu dikuasai dan mengandung
konsep Informatika yang
dominan. Bisa saja persoalan tersebut
berkaitan dengan bidang lain, tetapi kita
akan fokus ke aspek informatika. Memusatkan
penyelesaian persoalan dari
satu sudut pandang ini merupakan berpikir
kritis! Dengan mempelajari dan
membahas latihan-latihan pada unit
pembelajaran ini, diharapkan kalian akan
mendapatkan dasar pengetahuan yang diperlukan
untuk menemukan solusisolusi yang membutuhkan program komputer. Melalui kasus
yang dibahas,
kalian diharapkan dapat membentuk katalog
solusi, yang saat dibutuhkan,
akan tinggal dipakai. Melalui kegiatan BK ini,
kalian menabung potongan
solusi yang kelak dapat dirangkai menjadi pola
solusi yang dibutuhkan untuk
persoalan nyata yang dihadapi.
A. Pencarian (Searching)
Hidup adalah pencarian yang tiada henti. Mari, kita berpikir ke pengalaman “mencari” dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan contoh berikut.
1. Pernahkah kalian merasa kebingungan saat mencari sebuah buku di lemari buku kalian? Atau bahkan di perpustakaan? Saat kalian meminta bantuan kepada petugas perpustakaan, mengapa dia dapat menemukan buku yang kalian cari dengan waktu yang lebih singkat?
2. Suatu hari, kalian kehilangan baju seragam yang harus dipakai pada hari itu dan kalian mencarinya. Apa strategi kalian supaya baju tersebut cepat ditemukan?
3. Kalian mengingat sebuah potongan lirik lagu, tetapi tidak ingat judul lagu tersebut. Bagaimana kalian bisa menemukan lagu tersebut dengan cepat? Apa itu mencari? Mencari adalah menemukan “sesuatu” yang bisa berupa benda, angka, konsep, informasi yang memenuhi kriteria tertentu dalam suatu ruang pencarian. Masalah pencarian sangat umum ditemukan di dalam kehidupan, termasuk dalam dunia komputasi. Ketika melakukan suatu pencarian, kalian harus menemukan suatu benda atau objek yang memenuhi kriteria tertentu dari sekumpulan benda atau objek lain. Beberapa contoh dari masalah pencarian yang sering kalian temui ialah sebagai berikut.
1. Mencari buku dengan judul tertentu di rak buku perpustakaan.
2. Mencari pakaian batik seragam kalian di lemari yang berisi semua pakaian yang kalian miliki.
3. Mencari dokumen atau web tertentu dengan mesin pencari seperti Google.
Mencari benda nyata gampang, tinggal kita lihat dan kita cocokkan
dengan mata. Namun, mencari informasi atau konsep yang tidak kelihatan?
Hmmmmm… Tidak mudah!
(a) (b)
Gambar 2.2.
Pencarian (a) buku di perpustakaan, (b) informasi di internet Masalah pencarian dapat dibuat dalam bentuk yang lebih formal agar dapat diterapkan pada banyak kasus. Elemen pada masalah pencarian meliputi hal-hal berikut.
1. Sekumpulan benda atau objek.
2. Kriteria dari benda atau objek yang dicari.
3. Pengecekan benda atau objek, untuk memeriksa apakah ia memenuhi
kriteria pencarian.
B. Pengurutan (Sorting)
Saat merapikan sesuatu, misalnya koleksi buku, kita menyusun buku tersebut dengan menggunakan suatu aturan. Misalnya, jika kita memiliki koleksi buku cerita berseri, kemungkinan besar kita akan menyusunnya secara berurut dari volume pertama
hingga volume yang terbaru. Atau, ketika sedang berbaris, kita diminta untuk membentuk barisan berdasarkan tinggi badan. Hal-hal tersebut merupakan sebuah proses pengurutan atau sorting. Proses pengurutan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program komputer atau aplikasi yang sering kita gunakan. Pada aktivitas ini, kita akan melihat bagaimana proses pengurutan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi. Pelajarilah strateginya!Pengurutan merupakan suatu permasalahan klasik pada komputasi yang dilakukan untuk mengatur agar suatu kelompok benda, objek, atau entitas diletakkan mengikuti aturan tertentu. Urutan yang paling sederhana misalnya mengurutkan angka secara terurut menaik atau menurun.Biasanya, masalah pengurutan terdiri atas sekumpulan objek yang disusun secara acak yang harus diurutkan. Setelah itu, secara sistematis, posisi objek diperbaiki dengan melakukan pertukaran posisi dua buah objek. Hal ini dilakukan secara terus-menerus hingga semua posisi objek benar.
0 Comments
Post a Comment